Saturday, June 20, 2009

Syukur Dan Jujur


SYUKUR DAN JUJUR


“ Siapa yang mempersembahkan syukur sebagai korban, ia memuliakan Aku; siapa yang jujur jalannya, keselamatan yang dari Allah akan Kuperlihatkan kepadanya." (Mazmur 50:23)


Istilah “Untung Ada Saya” menjadi terkenal karena difilimkan oleh bintang komedi yang ternama, Gepeng. Sebenarnya istilah tersebut adalah nafas dari filsafat “Humanisme” yang menganggap manusia adalah “ukuran” tertinggi dalam hidup ini. Manusialah yang menentukan nasibnya sendiri. Manusialah yang pantas mendapatkan segala “kredit” dalam perjalanan hidupnya.

Tidaklah heran, ada sebagian suami, atau istri, atau anak, atau “bos”, atau ilmuwan, atau pendeta, atau majelis, pengurus gereja, atau pemimpin tertentu, siapa saja, menganggap bahwa dialah yang paling berjasa atas keberhasilan yang ada. Akibatnya, secara tinggi hati dia akan berkata, entah langsung atau tidak, dengan membusungkan dadanya : “ Untung ada saya, kalau tidak, wah pastilah….”atau..” Yah, kebetulan ada saya sih, jadi….” Atau yang lebih sok akan berkata : “ Jangan macam-macam ya, kalau bukan karena saya yang berjuang, tidak ada hari ini ! “

Yang Atheis atau Agnostis mungkin akan berkata : “ Jangan katakan Tuhanmu yang melakukan ini, dan jangan terimakasih kepada Tuhan mu. Terimaksihlah kepadaku. Tahu nggak ?”

Orang-orang yang sedemikian tidak tahu berterimakasih, sebaliknya menuntut orang lain yang harus bersyukur dan berterimakasih kepadanya. Dia lupa bahwa Allahlah yang pantas menerima segala ucapan syukur dan kemuliaan dalam hidup setiap umat manusia. Oh ya, saya hampir lupa. Menurut berita, beberapa waktu kemudian, setelah Si Gepeng memainkan film “Untung Ada Saya ! “ itu, ternyata dia meninggal dunia. Kasihan !

Saudara, dalam menapaki hari-hari kita yang ada di dunia ini tentunya kita mengalami banyak hal. Ada yang mengalami sakit, kegagalan, kesedihan, kekecewaan, bahkan sempat berputus asa. Ada juga yang mengalami kesehatan yang baik, kesuksessan, dan berkat besar yang berlimpah. Inilah yang disebut dengan” roda-roda kehidupan” yang terus berputar selama kita masih diberi nafas hidup oleh Allah. Pengalaman manis, pahit, asam, asin atau getir selalu bergantian. Bagi seorang Kristen, hendaknya semua pengalaman ini diterima dengan hati yang mengucap syukur seraya terus bersandar kepada Allah. Hati yang jujur dan bersyukur merupakan dua kunci utama dalam menjalani hidup yang diberkati Tuhan. Coba kita baca, renungkan dan perhatikan firman Tuhan dalam Mazmur 50:23.

Kita percaya bahwa semua pengalaman yang kita hadapi sepanjang hidup kita sebenarnya berada di dalam “kontrol dan seijin “ Allah yang sungguh mengasihi kita. Dan Dia berjanji akan turut menambahkan “energi-Nya” di dalam setiap pengalaman tersebut untuk akhirnya mendatangkan kebaikan bagi setiap orang yang setia mengasihi dan taat kepada Firman-Nya ( Bdk Roma 8:28 ).

Sebab itu , marilah kita menjalani hari-hari kita dengan berbagi pengalaman yang Tuhan ijinkan itu terjadi dalam hidup kita dengan berpegang kepada dua sikap yang sangat prinsipil itu yaitu : Syukur dan Jujur !

Orang yang senantiasa bersyukur kepada Allah adalah orang yang rendah hati, tahu berterimakasih, dan mengakui bahwa segala sesuatu yang berlangsung dalam hidupnya adalah anugerah dan karunia Tuhan Allah semata-mata. Bukan jasa dirinya sendiri ! Hati yang mengucap syukur juga akan menghasilkan kekuatan baru, semangat baru, dan pengharapan baru untuk menjalani setiap waktu, dan setiap keadaan dalam hidupnya.

Selanjutnya, hati yang selalu jujur di hadapan Allah dan manusia akan menghasilkan keselamatan, damai sejahtera, dan berkat besar. Inilah janji Allah bagi kita yang sudah diselamatkan-Nya, dan akan terus dipelihara-Nya hingga akhir hidup kita. Dua sikap hidup inilah yang menjadi “tanda khusus” bahwa hidup kita sungguh-sungguh memuliakan Allah dan berkenan di hati-Nya.

Sekali lagi, Saudara ingin “mujur” ? Ingatlah ! Syukur dan Jujur !


Soli Deo Gloria

Keluarga Bahagia


KELUARGA BAHAGIA


“Nyanyian ziarah Salomo.” Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga” ( Mazmur 127:1)


Semua orang mendambakan keluarga yang bahagia. Sebab itu sepasang pria dan wanita normal yang sedang dalam masa pacaran pastilah membicarakan rencana mereka untuk membangun keluarga yang indah, sejahtera, dan penuh kebahagiaan. Rencana itu kemudian diteruskan menjadi sebuah tekad atau janji yang kuat untuk dilaksanakan. Namun, kenyataannya tidaklah semua-bahkan terlalu banyak-keluarga yang setelah menjalani masa pernikahan tidaklah mendapatkan kebahagiaan. Tidak jarang justru mengalami kehancuran. Statistik di Amerika Serikat menunjukkan bahwa angka perceraian bagi mereka yang menikah dalam satu tahun mencapai hampir 50 %. Suatu angka yang sangat menyedihkan dan menakutkan bukan ?

Sebenarnya di manakah letak rahasia membangun keluarga yang bahagia ? Seorang penyair, Frank Crane pernah menuliskan sebuah puisi yang menjelaskan tentang rahasia keluarga yang bahagia. Demikian isinya :


Keindahan dari sebuah rumah tangga adalah keharmonisan,

Rasa aman dari sebuah rumah tangga adalah kesetiaan,

Sukacita dalam sebuah rumah tangga adalah cinta kasih,

Kekayaan dari sebuah rumah tangga adalah anak-anak,

Peraturan dalam sebuah rumah tangga adalah saling melayani,

Penghiburan dalam sebuah rumah tangga adalah Allah sendiri.


Sebuah puisi yang indah bukan? Khususnya pada kalimat terakhir dia mengungkapkan soal penghiburan oleh Allah sendiri. Dalam Alkitab ada seorang raja yang sangat bijaksana, Salomo namanya. Dia diberikan inspirasi oleh Allah untuk menuliskan rahasia keluarga yang bahagia bagi umat manusia secara universal ( coba baca Mazmur 127 : 1). Rahasia yang jitu bukan ? Hanya mereka yang mengandalkan karya TUHAN, Allah Yahweh pencipta langit dan bumi yang berkuasa itu, untuk memulai dan mengawali terus rumah tangga mereka, barulah kebahagiaan sejati itu mungkin diperoleh dan dinikmati terus menerus.

Dengan kata lain, jika mau bahagia, haruslah mendirikan rumah tangga itu bersama-sama dengan Allah, dan membiarkan Allah yang terus menerus mengatur dan membangun-Nya. Inilah yang disebut dengan keluarga yang berpusatkan kepada Allah ( Theocentric Family). Keluarga yang sedemikian haruslah menjadikan Kristus sebagai kepala rumah tangga ( Christocentric Family) dan menjadikan Firman Tuhan ( Alkitab) sebagai prinsip utama dalam mengatur dan menjalankan rumah tangga ( Bible Oriented Family).

Jadi, sesungguhnya yang paling berkuasa dalam keluarga itu bukanlah sang suami, atau sang istri, atau anak-anak, atau sang mertua, atau siapapun, atau apa pun. Melainkan Kristus dan Firman-Nya. Semua anggota keluarga haruslah taat kepada prinsip Firman Tuhan. Maka, hasilnya Tuhan akan menganugerahkan kebahagiaan yang sejati itu. Manusia yang mencoba mengandalkan dirinya sendiri akan menemui kegagalan total. Manusia yang menganggap dirinya sanggup membangun rumah tangga yang bahagia akan menemui jalan kehancuran. Karena semua idaman manusia : “keharmonisan, kesetiaan, cinta kasih, saling mengasihi, saling melayani, penghiburan, kekuatan, sukacita, damai sejahtera, anak-anak yang taat, kesehatan jasmani, dan berkat materi, sesungguhnya terletak di dalam tangan Tuhan Allah. Sebab Dia adalah sumber hidup dan kehidupan, sumber berkat dan kasih karunia yang tak habis habisnya. Barangsiapa yang bersandar dan berharap kepada-Nya akan dikaruniakan semuanya itu.

Nats firman TUHAN diatas menjadi peringatan bagi kita hari ini. Janganlah saudara mengandalkan kekayaan, kekuatan, kecerdasan, kehebatan, dan pengalaman saudara dalam membangun keluarga yang bahagia. Jangan, saudara pasti akan gagal ! Andalkan Allah Bapa di sorga yang kita kenal dalam Tuhan Yesus Kristus. Percayalah, hanya TUHAN yang sanggup menolongmu !


Soli Deo Gloria

We Love Israel

We  Love Israel




Informasi Lowongan Kerja